Facebook dan Pragmatisme
Perkembangan ilmu dan teknologi telah merambah ke dalam berbagai strata kehidupan di masa kini, mulai dari ABG, Ibu rumah tangga, Mahasiswa sampai pada Eksekutif papan atas, semua telah “keranjingan” dengan gadget yang menjanjikan kehidupan dunia maya yang serba indah dan instant. Mereka dengan mudahnya menjalin network, berkenalan dan berkomunikasi dengan sekedar bercerita atau berbicara dengan membawa berbagai kenangan hingga memberikan instruksi serta stimulus yang mampu membenamkan mereka jauh ke dalamnya. Seakan-akan kehidupan nyata sudah terlupakan olehnya dan tidak diperlukan lagi, karena di dalam petualangan dunia maya ini mereka dapat menjangkau semua keinginan dan dapat membangun jaringan sosial hampir ke seluruh penjuru dunia tanpa batas.
Kontak fisik dengan bertatap muka langsung pun perlahan bergeser mulai terkikis, karena berkesan tidak praktis dan banyak memakan waktu tersita, gaya hidup pragmatis pun akhirnya perlahan-lahan terbentuk dan dampaknya mereka lebih menyenangi untuk duduk manis di depan Laptop atau membuka layar mininya dari HP genggamnya. Sejenak kita lihat gaya hidup pragmatis ini sedikit demi sedikit mampu menihilkan Kultur tatap muka dan Budaya “anjang sana” yang dulu sangat kental sebagai Budaya Bangsa yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai historis ketimuran. Pragmatisme yang menurut budayawan Kontowijoyo berasal dari bahasa latin Pragmaticus yang berarti: praktis, pragmatis, efektif & efisien.
Filsafat pragmatisme tumbuh dan dikembangkan di Amerika oleh William James (1842-1910) melalui bukunya yakni Pragmatism. Pokok ajaran kebenaran pragmatisme adalah sebuah kepercayaan itu bernilai benar jika berguna. Ukuran kebenaran adalah apakah suatu kepercayaan dapat mengantar orang kepada tujuan. Pragmatisme menolak pandangan tentang kebenaran dari rasionalis dan idealis yang dianggap tidak berguna dalam kehidupan praktis (Kuntowijoyo: 2005).
Di mata pragmatisme, tatap muka dianggap bukan suatu kebenaran karena tidak mendatangkan guna yang berefek hasil secara langsung.
Kita bisa lihat trend saat ini dimana Facebook menjadi salah satu jaringan sosial yang mampu menyedot banyak kalangan, bahkan Ibu rumah tangga sekarang ini rela meninggalkan kegemaran lamanya menonton Sinentron dan Infotainment serta berganti “keranjingan” untuk memandang layar Laptopnya untuk sekedar “ngerumpi” dan ber “ha..ha..hi..hi” dengan sesamanya atau bertukar cerita dengan teman kecilnya yang sudah sekian lama tidak berjumpa & akhirnya bertemu di dalam dunia maya. Bahkan ada yang berhasil menjalin hubungan dekat hingga sampai ke pelaminan dan ada juga yang menggunakan fasilitas ini untuk mengadakan reuni angkatan mereka.
Selebriti udara yang dalam hal ini para Pramugari dan Pilot tentunya tidak akan membuka Facebooknya di tengah-tengah penerbangan karena mereka memahami safety regulasi dan mereka tidak akan melupakan kunjungan tatap muka ke teman, kerabatnya, sahabat serta para saudaranya yang berada di out station hanya karena sudah tersedianya jaringan sosial yang bisa menjembatani, mereka layak untuk memperhatikan jalinan yang sudah tertata rapi dengan melakukan kontak langsung sehingga ikatan batin, emosi dan perasaan lebih bermakna dari pada hanya sekedar melakukan kontak dengan Facebook dan jaringan sosial lainnya di dunia maya. Mereka tak akan terjebak dengan pragmatisme yang terlalu jauh karena tatap muka adalah sebuah silaturrahim yang menyempurnakan semua hubungan tersebut baik berupa jalinan persahabatan, jalinan persaudaraan bahkan juga jalinan bisnis anda. (dj/selebsky).